Search this blog

Selasa, 19 Juli 2011

UB?? little bit confuse..

Today was my day too I guess.. After Accepted in Malang State University, I got accepted in Brawijaya University too.. Oh Gosh.. Thanks... 
I love broadcasting... but I guess i have to pay lots, if i take that course... so, probably I just decide to choose UM.. :)

Senin, 18 Juli 2011

resmi jadi MAHASISWA DESKOMVIS UM

Today was my great day I guess... Hari ini aku dateng ke UM untuk re-registrasi dan pengumpulan berkas yang kurang... nah.. The best thing, langsung deh aku dapet jas alamamater, dan KTM... serasa udah jadi MAHASISWA.... hahahaha.. Inget klas 3 dulu... rasanya beraaaaaaaaaaaaattttttttttttttttttt bangettttt... alhamdulillah sekarang udah jadi MAHASISWA.. heehhee.. 


Thanks to all people who has supported me,,,, without you guys I cant get all of these things,,, Thanks GOD :)

Sabtu, 16 Juli 2011

Alhamdulillah... :)

Lampiran Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang
Nomor : 524/KEP/UN32/DT/2011
Tanggal : 15 Juli 2011
DAFTAR CALON MAHASISWA BARU PROGRAM BEASISWA UNGGULAN
PROGRAM STUDI S1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KERJASAMA DENGAN BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI (BPKLN)
SETJEN KEMENDIKNAS YANG DINYATAKAN DITERIMA
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
No. No. Peserta Nama Asal Sekolah
1. 2110710040 ARIF SUTRISNO SMK Negeri 4 Malang
2. 2110710017 YENI RATNA SARI SMA Negeri 1, Kraksaan, Probolinggo
3. 2110710019 MARCELLINUS DIMAS PRABOWO SMK Negeri 5 Malang
4. 2110710020 BAKHTIAR YUSUF HABIBI MA Negeri 3 Malang
5. 2110710027 DYAH PENI KUSUMANING HATI MA Negeri Kertosono, Nganjuk
6. 2110710032 AHMAD FATHUL AZIZ SMA Darul Ulum I Peterongan, Jombang
7. 2110710047 ANGGA ADJI PRASETYO SMK Negeri 5 Malang
8. 2110710018 DINI LIA YUNITA SMK Negeri 5 Malang
9. 2110710023 FARHANSYAH NOOR MARENDRA SMK Negeri 5 Malang
10. 2110710024 RIZALDY WAHYU PRAYOGI SMTA Lain-lain (Gresik)
11. 2110710025 RENALDY SMK Negeri 41 Jakarta
12. 2110710028 ADISA BETARI SMA Negeri 1 Malang
13. 2110710036 MOCH. HASANUDIN ROMADHON SMTA Lain-lain (Batu)
14. 2110710042 RIZKI FEBRIANTO SUPRIYADI SMA Negeri 2 Lumajang
15. 2110710043 FEBRIANA KUSUMA NINGRUM SMK Negeri 4 Malang
16. 2110710044 NOVEKA ASNANDA POETERA SMK Negeri 1 Singasari
17. 2110710011 RICKY AHMAD DARMAWAN SMTA Lain-lain (Batu)
18. 2110710012 ACHMAD JABBAR MA Negeri Denanyar, Jombang
19. 2110710021 HAMDAN NOVERIO SMA Negeri 3 Kediri
20. 2110710026 M KHALID MAWARDI SMTA Lain-lain (Gresik)
21. 2110710045 MAZAYA MUFTIYA AL-FARABI SMA Negeri 1 Malang
22. 2110710048 JAUHAR LATIFA S SMTA Lain-lain (Singosari)
23. 2110710008 LUCKY AGUS SAPUTRA SMK PGRI 3 Malang
24. 2110710009 WILDAN AMIR M A SMTA Lain-lain (Malang)
25. 2110710010 ZUCHAL ROSYIDIN SMK Negeri 5 Malang
26. 2110710031 YANI HADI KUSUMA SMK Negeri 4 Malang
27. 2110710038 VERRY VERDIANSAH SMA PGRI 2 Talun, Blitar
28. 2110710039 AGUNG DWI CAHYONO SMK Negeri 1 Malang
29. 2110710007 DEBI FAHWAZIA SMA Negeri 1 Grogol, Kediri
30. 2110710004 RENDRA BAGUS PRATAMA SMTA Lain-lain (Batu)
31. 2110710006 MUHAMMAD ULINNUHA ABDURRAZAQ MA Negeri 3 Malang
32. 2110710034 JUJUK IRAWAN SMTA Lain-lain (Malang)
33. 2110710041 DIMAS AKHBAR WIGI .P SMK Negeri 4 Malang
34. 2110710050 IBNU HAQQI SMA Negeri 2 Pasuruan
35. 2110710005 RENY RAHMAWATI SMTA Lain-lain (Batu)
36. 2110710013 DHEA EKAYANA MAYRENTIKA SMTA Lain-lain (Malang)
Rektor,
Prof. Dr. H. SUPARNO
NIP 195204021978031001
ttd.

Selasa, 12 Juli 2011

Interview Test Visual Communication Design UM


(Sastra faculty) 
Today I did an interview test to get a scholarship in Malang State University in the Major : Visual Communication Design .. It was a great day I guess.. Coz I think I did great job answering all of the questions from the interviewer.. I hope I can be accepted in this PROGRAM... thats it..!!

Minggu, 10 Juli 2011

Ozie Jadi Santri




“I wanna be a billionare, so freaking bad… buy all of the things I never had…” Suara ringtone dari Travis berdering dari HP Blackberry milik pemuda yang masih terlelap di kasur empuknya itu. Jam 4 pagi “Shiit…!!! Siapa sih nelpon sepagi ini…!!!” gumamnya sambil mengucek mata yang bener-bener masih sulit dibuka. Di layar HP nya tertulis “My Mom” “Mama?? Ada apa ya pagi-pagi nelpon gini…” Sambil tetap bermalas-malasan, dipencetlah tanda “OK” di HPnya “Mama?? Ada apa ya? Mau kasih tambahan uang saku, atau mau ngajak liburan ke LN lagi?” Sambil tetap nerocos tak memberikan waktu Mamanya berbicara... “eits... stop... salah semua..!! Ada kabar gembira buatmu..!!!” dari telpon Mamanya tersenyum penuh arti.. “Kabar gembira??” Arghh jangan maen tebak-tebakan di pagi gini Ma..!!” bilang dech... kalo nggak aku tidur lagi ne..” sambil mengancam menutup telponnya. ”Begini nak, kemarin Papa dan Mama berdiskusi, kami memutuskan untuk memasukkan kamu di Pesantren milik temen Papamu... Papa sudah mengurus semua, dan minggu depan kamu sudah masuk sana. Mama dan Papa akan pulang 2 hari lagi..” Sambil menjelaskan panjang lebar. ”Pesantren?” are you kidding me? Islamic Boarding School? What the heck is that??!  That’s not a good news for me Mom. I never imagine what kind of place is that!” langsung matanya terbuka lebar dan menutup telpon dari Mamanya. Ya, pesantren merupakan ha lasing bagi cowok 18 tahun ini. Ozie begitu ia biasa disapa. Merupakan tipe pemuda gaul Jakarta dengan hidup yang bebas tanpa aturan, ditambah pengalamannya sebagai Exchange Student di Amerika Serikat selama 1 tahun yang lalu. Orang tuanya yang sering bekerja keluar kota dan keluar negeri membuat hidup Ozie semakin bebas saja. Maka dari itu, Mama Papanya mulai berpikir untuk memasukkan ke Pesantren setelah bertemu dengan teman lamanya dan bercerita tentang Pesantren yang dikelola teman Papanya itu.
Seperti habis disambar petir, Ozie tidak bisa bangun, memikirkan berita yang baru saja dia terima. “No way… I don’t wanna go to Boarding School… it must be sucks!!” Dia kucek-kucek matanya sekali lagi berharap telpon dari Mamanya tadi hanya mimpi. Walaupun Ozie bisa dibilang anak brandal, namun dia sangat menghormati Papa dan Mamanya. Bukan karena apa, tapi karena dia takut kalo uang jajannya dikurangin. Haha.. walaupun begitu, tetaplah masih ada sisi baik dari dirinya. Sejam, dua jam, tiga jam dia masih berbaring di kasur spring bed miliknya. Dia memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah hari ini. Perasaan bingung, aneh, sedih, takut, khawatir sedang menyelimuti hati Ozie. Belum pernah terlintas olehnya untuk belajar di Pesantren. Mungkin proses adaptasinya akan mudah karena Ozie telah terbiasa beradaptasi di lingkungan yang baru. Dari kecil dia sudah terbiasa pindah-pindah sekolah mengikuti dimana Mama dan Papanya bekerja. Namun yang jadi kekhawatirannya dan ketakutannya adalah segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukanya di Pesantren tersebut. ”Arrghh.... Aku gak mau pindah Pesantren...!!”.
Seperti janji Mamanya di telpon beberapa hari yang lalu, pagi-pagi buta sekali Mama dan Papa Ozie sudah datang. Dengan senyum dan salam, Mama menghampiri Ozie di tempat tidur. ”Semuanya telah siap nak, siang ini kita berangkat ke Darul ’Ulum, Jombang. 2 jam dari Bandara Soekarto Hatta menuju Bandara Juanda, Ozie hanya duduk termenung melihat awan-awan putih dari jendela pesawat. Awan yang putih bersih terlihat mendung dihadapannya. Sampai makanan dan minuman yang dibawa pramugari tak dihiraukannya. Akhirnya Papa Ozie membangunkan lamunannya... ”Ozie....Ozie.... sudah sampai Surabaya,... kamu mau menginap di Surabaya dulu atau langsung ke Jombang?” tanya Papanya. Dengan pandangan yang masih di awang-awang Ozie menjawab ”Kita langsung ke Jombang saja” tanpa di embel-embeli kata-kata lain Ozie langsung masuk taxi yang telah menunggu di depan pintu Bandara.
3 jam mendengarkan lagu-lagu di iPod kesayangannya, akhirnya sampailah Ozie dan kedua orang tuanya di depan pintu gerbang Pondok Pesantren Darul ’Ulum Jombang. Di dalam jendela taxi, Ozie melihat anak-anak seumuran, bahkan anak-anak kecil yang berlalu lalang dengan kopyah, sarung dan membawa kitab suci di dadanya. Yang wanita berkerudung, berjalan dengan menunduk, menunjukkan ketawadhu’annya. Ozie sedikit tersentuh dan merasa kecil melihat mereka. Walaupun dalam hati kecilnya dia tidak ingin tinggal di Pondok Pesantren dan dia sudah punya rencana seminggu setelh tinggal di Pesantren, dia akan kabur ke rumah temen-temennya di Surabaya. Namun dia masih ingin mencoba merasakan bagaimana hidup di Pesantren.
Setelah sampai di Asrama Pondok Tinggi dan berdiskusi dengan pembina Asrama. Akhirnya orang tua Ozie berpamitan dan meneteskan air mata mencium pipi Ozie dan mengucapkan “belajar yang rajin ya nak... Mama dan Papa sayang kamu”... Ozie yang memang tidak bisa menangis, hanya menjawab “Ya Ma.... ya Pa.... Ozie juga sayang kalian” walaupun di pikirannya sudah tertata rapi rencana pelarian dirinya dari Pondok tersebut. Dari pondoknya dia anak naik angkot JM menuju ke terminal, di terminal Jombang dia akan naik bus Sumber Kencono menuju Surabaya, kemudian dia akan menelpon temannya dan meminta menjemputnya di terminal. Semua informasi lengkap tentang transportasi yang akan dia ambil didapat dari salah satu temennya di Facebook yang tinggal di Jombang. ”Inilah gunanya pertemanan di Facebook, bisa bantu kalo kepepet...!!! gumamnya.
Malam pertama di Gudang Ilmu tersebut begitu sangat menyiksa batinnya. Dia belum terbiasa hidup seperti itu, tanpa HP, makan bareng-bareng santri yang lain, mandi harus antri, tidur bersama-sama, pokoknya sangat berbeda dengan kehidupannya yang sangat mewah. Sebenarnya dia masih membawa HP Blackberry dan iPod Nano kesayangannya, namun dia menyimpannya karena takut jika di sita oleh pihak keamanan pondok. Banyak sekali peraturan yang harus di patuhi oleh santriwan-santriwati di Pondok ini. Hal ini membuat Ozie semakin tidak betah bersama-sama di Pesantren.
Baru 3 hari di Pesantren, Ozie sudah benar-benar merasa stress bangun jam 4 pagi, sholat berjama’ah, ngaji, mandi harus antri, sekolah dengan pelajaran yang sangat banyak, pulang jam 4 sore, dilanjutkan mengaji lagi sampai jam 9 malam. Sangat berbeda sekali dengan apa yang setiap hari di kerjakan di rumah. ”Sore ini aku harus keluar dari sini” ucapnya dalam hati. Sepulang sekolah, dia bawa baju secukupnya, kemudian dengan sembunyi-sembunyi dia mencoba keluar dari lingkungan Pondok. ”Shitt... satpamnya masih berjaga-jaga!” keluhnya. Setelah menunggu kurang lebih dari 30 menit, akhirnya dia bisa keluar menuju angkot JM yang telah mengepulkan gas knalpotnya. Sambil tetap melihat kanan-kiri, dia terus berdo’a agar aksinya ini berhasil. Setelah sekitar 20 menit berpanas-panasan di angkot, akhirnya Ozie sampai di terminal. Langsung dia mencari bus Sumber Kencono menuju Surabaya. Setelah duduk, akhirnya dia berucap ”Akhirnya aku bebas!!!, Sorry Ma, Pa..... Darul ’Ulum bukan tempatku....!!!”. Sepanjang perjalanan, dia hanya tertidur. Namun dalam tidur nyenyaknya dia terbangun karena mimpi yang membuat badannya berkeringat. Dalam mimpinya dia melihat Papa dan Mamanya telah tiada, dia duduk di sebelah jasad Papa dan Mamanya, namun tiada kata dan do’a-do’a yang bisa terucap di mulutnya, bahkan untuk membaca surat Al-Fatihah pun dia tak bisa. Akhirnya mimpi itu membuatnya terbangun dan membuatnya sejenak berfikir serta berangan-angan akan arti dari mimpi tersebut. Di tengah perjalanannya menuju Surabaya, tiba-tiba dia berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanannya. ”Pak berhenti Pak... saya turun disini....” mintanya pada supir bus. Akhirnya Ozie pun turun dan memutuskan untuk kembali ke Pondok Pesantren Darul ’Ulum Jombang. Dia berjalan dan terus berjalan memutar balik dari arah bus yang dia tumpangi tadinya. Pandangannya kosong, matanya menatap kedepan tapi dia seperti melihat sesuatu yang tidak biasa. Jalannya agak sempoyongan. Beberapa kali sirine mobil ditujukan ke arahnya, bahkan ada orang yang marah-marah kepadanya. ”Punya mata gak sih,...!!! liat tu jalan...!!!” bentak salah satu pengendara mobil. Tiba-tiba ketika hendak menyeberang, dua mobil melaju dengan kencengnya dari arah belakang dirinya. Ozie mencoba menghindar, namun sudah terlambat. Braakkk....!!! ”Allahu Akbar...!!!” teriak salah seorang yang melihat kejadian itu. Kemudian Ozie di bawa ke Rumah Sakit terdekat dan mendapatkan penanganan darurat. Namun nyawanya tidak bisa tertolong, Ozie meninggal tiba-tiba, ibunya datang dan membangunkannya. ”Ozie...Ozie... Bangun, sudah jam 6 pagi, hari ini kita berangkat ke Darul ’Ulum. Ozie baru sadar bahwa semuanya tadi hanya mimpi. Tapi mimpi itu begitu nyata baginya mungkin itulah yang dinamakan hidayah. Mimpi itu menjadi pelajaran buat Ozie. Ozie bilang ke Mamanya tentang mimpi tersebut. Dan akhirnya Ozie memutuskan untuk mau menjadi santri di Darul ’Ulum. Dengan wajah sumringah, Mama dan Papa Ozie mengantarkannya menjadi Santri di Pondok Pesantren Darul ’Ulum Jombang.

Apa sich asyiknya sekolah di Amerika???


Jika mengingat pengalaman Excharge Yearku tahun lalu, wahh...! rasa-rasanya pengen banget mengulang 1 tahun yang begitu mengesankan itu, Kalau cerita mengenai pengalaman-pengalaman menarik,heboh,sedih,maupun mengesankan tentu tak akan ada habisnya! 1 .....haha...well, kali ini aku akan fokus bercerita tentang sistem pendidikan di USA, kelebihan dan kekuranganya, serta mungkin apa saja yang bisa diterapkan disini menurut kacamata penglihatanku.
            Nah,ketika mendapat kabar bahwa aku lolos jadi salah satu wakil Indonesia untuk mengikuti progam pertukaran pelajar di USA , I was so freaking excited!!. Dari dulu aku mengidam-idamkan untuk berada dikelas “internasional” yang saat ini mulai banyak ada disekolah-sekolah favorit diberbagai daerah ,Eehhm,,yang aku liat,selama ini banyak sekolah berlabel “internasional” yang belum menunjukan ke”internasional”an mereka. Di Exchange Yearku, aku bener-bener merasakan berada disekolah internasional. Pembalajaran full english ( Ya iya Lah .....!! ), bersekolah berbagai background orang dari Thailand, Vietnam, Spanyol, Germany, dll.
Perlu diketahui sistem pendidikan di USA dimulai dari kindergarten (TK), 6 years of elementary school ( 6 tahun SD ), 2 years of Midlle school ( 2 tahun SMP ) and 4 years of high school ( 4 tahun SMA ) sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang kita punya, SMA 4 tahun ?? ..yeah, dimulai dari Freshmen , Sophomore , Junior & Senior ( kalau di Indonesia dimulai dari kelas 9,10,11,dan 12 ). Belajar di SMA Indonesia, kita dituntut untuk menguasai kurang lebih 15 pelajaran, Nah,,,kalau di USA, kita hanya belajar 5-7 pelajaran setiap semesternya. Jadi, kita bisa fokus dengan pelajaran yang bener-bener kita suka.
Memang tetep ada Major Subjects yang harus diambil siswa, misal US History, Math, Scrence, PE ( Physical education ), English, dll. Tapi jika kita sudah menyelesaikan Major Subject tersebut, kita bisa fokus dech dengan pelajaran yang kita suka.
me and my host mom
            Hari pertama disekolah, aku sudah di bingungkan dengan harus memilih hanya 5 pelajaran dari sekitar 30an pelajaran yang mereka tawarkan disana. Akhirnya di trimester 1 ( Caturwulan 1 ) aku putuskan untuk mengambil mapel English 1, American Studies , Choir ( Paduan Suara ) , IB Math, & art 1 . Ditrismester 2, aku mengambil Digital photo 1, IB Math, Physich, Choir, Chemistry 1, Musical Theatre,& English 2 . Nah,,,kelas-kelas disana sangat menyenangkan, guru bertanggung jawab penuh terhadap  kelasnya. Dengan sistem moving class, kita jadi gak jenuh dech. Dari semua pelajaran yang aku ambil disana, Art ,Digital photo, Choir & Musical theatre merupakan “classes” yang paling menyenangkan karena tidak aku dapatkan di Indonesia. Kelas yang paling berat yaitu English, Lucunya temen-temenku yang notabene Native Citizen , mereka juga banyak yang gagal dikelas ini, Allhamdullillah aku bisa menyelesaikan kelas ini dengan nilai “A” pada trismester 1 dan nilai “B” Pada trismester 3 . Yang paling aku suka dari pelajar USA adalah budaya mereka yang sering bertanya, gak pernah nyontek kalau ulangan ( keren gak tuch,!! ) kata mereka lebih baik mengulang daripada lulus bukan dari hasil sendiri. Sistem kontrol nilai yang sangat bagus antara siswa,& ortu. Guru mengirimkan hasil nilai siswa ke email orang tua masing-masing dan diharapkan ada timbal balik.
            Sekolah SMA disini seperti kuliah kalau di imdonesia , Disini menggunakan sisitem Credit ( SKS ) . Jadi, siswa bisa lulus duluan jika telah menyelesaikan 24 kredit yang menjadi syarat kelulusan. Disana menggunakan sistem GPA dengan nilai maksimal 4,0 . Di akhir semester kemarin , aku mendapatkan GPA 3,8 nah itu termasuk di atas rata-rata, jadi aku mendapatkan President Awards dengan tanda tangan President Obama didalamnya, seneng , bangga dan gak nyangka juga.
Nah , 1 hal lagi yang mungkin bisa kita terapkan disekolah kita , guru benar-benar memanfaatkan fasilitas yang ada , LCD , Internet, video-video pembelajaran ,dll.

Prom boys :)
Serta setiap memulai pelajaran,guru selalu memaparkan indikator pembelajaran, tugas hasil yang akan dicapai, dll. Sehingga kita tahu dan siap dalam menerima pelajaran. Di USA gak ada UAN ( National Examination ) kayak di Indonesia. Siswa bisa lulus jika telah memenuhi 24 kredit , melakukan volunteering ( Ini merupakan hal yang bagus juga , siswa-siswi dianjurkan untuk melakukan kegiatan volunteering ( kegiatan sosial ) selama menjadi pelajar SMA  , serta menyelesaikan Senior Project ( Tugas akhir ). Disini memang ada ujian nasional ( Seperti UAN ) namanya SAT namun fungsinya sebagai credit jika kita kuliah nanti. Eemm,,apalagi ya,,masih banyak sebenarnya, namun kayaknya cukup dech untuk edisi kali ini ..Jika temen-temen ingin tanya-tanya tentang pendidikan , pengalaman seruku disana,dll. Bisa hubungi aku  .Well .makasih juga ya udah baca tulisanku!! Keep Spirit and always smile..,

Nothing is Immpossible


Since i was child, I had a dream to go abroad for study or just vacation. I really wanted to study abroad because I think the education system there is better than in Indonesia and ofcourse I really wanted to get new experiences because I know that it would be so different living in Indonesia with in abroad.
My Chilhood was as same as the ordinary children. Playing around, singing, dancing, laughing, and chilling around. My life little bit changed when my dad was die when I was in the 4th grade of Elementary School. So young I guess when I should realize that I do not have a father like other children. I was 10th years old that time. My dad did not have any illness’s history. Then suddenly died. That event made my family shock especially me. I was so close with my dad. We used to talk, share, or just tell the activities that we did in a day.
When I realize that my dad was die, I realize that it would be so difficult to reach my dream to go abroad, because there was no my dad who afford for my family’s life.
When my dad still alive, he always said “When you have a dream, awake..! don’t sleep again, take a shower and reach it..!” .That sentence always stuck in my head.
I was still keeping my dream until High School. I still had really strong desire to go abroad, then my friend told me that there was an announcemet about being an Exchange Student abroad. I was so excited and then run to the annoucement board in my school. I read that announcement carefully. “This is my opportunity to go abroad !” That was in my mind.
And then i filled the application of that program. Namely AFS and I choosed YES program (an exchange student’s program which has a purpose to make a bridge between America and Moslem countries). I took the tests for that program for about a year.
Then I got information that I passed the test and I would go to USA..!!! “Oh my God, my dream came true..!” I said.
One of my strengness is I will do anything if i want to get something. I always try to do the best in every single activities that I do.
Shortly, I came to USA ( Hillsboro, Oregon) and met with a bunch of new people, new family, friends, and new environmet. My Exchange Year was so awesome. From that exchange year, I learnt a lot of things. That exchange program really opened my eyes. I am studying in Islamic Boarding School, so me and lots of Moslem has stereotype that other religion hate Islam. But that is not true. I found that they (other religion) really respect with my religion. I got a lot of experiences there. I learnt their cultures. How they respect each other, how they have really strong intention in studying, how they respect people’s privacy, how the American’s family life etc. I learnt how to think of the box, how to survive in other country, I learnt how to life far away from my family that I really need  And they also learnt my cultures.
From that story, we can learn that NOTHING IS IMPOSSIBLE IN THIS WORLD. If we have a dream, try to get it as best as you can.

Amerika dalam Kaca Mata Anak Bangsa

Amerika (BeritaKota.net) – Tahun 2009-2010 mungkin merupakan tahun yang tidak terlupakan bagi 99 siswa-siswi Indonesia yang tergabung dalam program YES (Youth Exchange & Study) program 2009/2010. Program yang terselenggara mulai tahun 2003 pasca terjadinya tragedi WTC di Amerika Serikat.
Program ini bertujuan memberikan jembatan bagi Amerika Serikat dengan Negara-negara yang mayoritas muslim penduduknya. Seperti Mesir, Ghana, Mozambik, Malaysia, Thailand, Arab Saudi, India dan tidak ketinggalan pula Indonesia.
Selain dalam rangka pertukaran budaya, program ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi warga Amerika Serikat tentang Islam yang sebenarnya yang mungkin terjadi beberapa misunderstanding di dalamnya.
Sekitar 400 pelajar dari berbagai Negara di atas di sebar di seluruh Negara bagian di Amerika serikat, Salah satunya siswa asal Indonesia Ahmad Fathul Aziz, siswa SMA Darul Ulum 1 Unggulan BPPT Jombang yang di tempatkan di Hillsboro, Oregon Amerika Serikat. “A Great Experience Can Living Here”.
Abdul AzizSeluruh siswa siswi ini tinggal bersama host family ( Keluarga Asuh ), mendapatkan pengajaran di sekolah-sekolah formal yang ada di daerah setempat sehingga di harapkan siswa dapat bersosisalisasi menjalin hubungan baik dengan warga setempat.
Banyak warga Amerika serikat yang belum kenal bahkan mendengar kata Indonesia. Hal ini merupakan tugas berat dan tantangan bagi pelajar Indonesia untuk mempromosikan Negara tercinta Indonesia.
Namun ada cerita unik di balik itu semua. Bencana gempa yang terjadi di Padang, Sumatra Barat baru-baru ini banyak menyita mata warga Amerika Serikat.
Ahmad Fathul Aziz mengatakan, “Saya mengetahui bencana gempa di Padang dari Host Family ketika pamitan hendak berangkat ke sekolah, guru-guru, serta teman-teman di sekolah, mereka khawatir dan menanyakan keadaan keluarga di Indonesia”.
Abdul Aziz 01Hal itu membuktikan bahwa tingkat kepedulian serta kepekaan warga Amerika Serikat cukup tinggi, mereka juga mempunyai rasa toleransi yang tinggi dalam beragama.
“Mudah-mudahan tugas berat yang di emban siswa-siswi Indonesia dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Amien,” ujar Fathul Aziz dengan nada doa yang kangen kampung halamannya di Jombang. (brt).
Keterangan foto: Paling atas Ahmad Fathul Aziz siswa yang beruntung dari SMA Darul Ulum 1 Unggulan BPPT Jombang depan kampus Hillsboro, Oregon Amerika Serikat. Tampak pula foto bawah, Fathul Aziz berpose bersama rekan mahasiswa negara lain yang berkesempatan belajar di Amerika Serikat. BeritaKota.net/Ziz

Walaupun di Pesantren, Kami juga Berpotensi


Tujuan Program : Pesantren sebagai lingkungan yang dianggap religius dan aman terhadap HIV/AIDS, sebenarnya juga berpotensi. Walaupun sampai saat ini kasusnya belum dilaporkan. Namun upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini, salah satunya melalui pendidikan seks.
Setting Program :  Kegiatan ini di buat dalam bentuk pelajaran dengan materi ajar Kitab Qurrotul Uyun (kitab kamasutra versi pesantren) yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang. Saat sesi pelajaran, tidak hanya membahas masalah sex, tapi disisipkan materi penyalahgunaan Napza serta HIV/AIDS. Selanjutnya di kalangan santri dibentuk Team Penanganan AIDS berbasis santri, atau dikenal dengan Motivator Kesehatan Santri (MKS).
Metodologi Pelaksanaan Program : Strategi ini melibatkan pemberian pelatihan khusus dan mendalam kepada beberapa santri dan ustad tentang HIV/AIDS. Selanjutnya, para santri dilatih untuk menjadi MKS dengan ketrampilan komunikasi dan upaya intervensi pada santri lainnya, baik di kegiatan pesantren ataupun saat muqim (tinggal) di asrama melalui diskusi perorangan ataupun Focus Disscussion Groups (FGD).
Hasil Program : Kegiatan Sex Education dengan melibatkan MKS ini meliputi peningkatan pengetahuan tentang resiko seks di luar nikah, pendidikan moral serta pengetahuan tentang HIV/AIDS yang saat ini tabu di lingkungan Pesantren. Ke depannya, para MKS ini akan menjadi fasilitator bagi re-generasi MKS lanjutan di Pesatren tersebut, ataupun saat kembali ke masyarakat (jadi pendidik di daerah masing-masing).